Minggu, 30 Juni 2013

Dilema Pendidikan Keperawatan di Indonesia

Profesi Perawat di Indonesia saat ini semakin diterima di mancanegara. Jepang saja memerlukan tenaga Perawat Indonesia sebanyak 1000 orang sejak tahun 2008, namun hingga saat ini baru terpenuhi 791 orang saja (Sumber BNP2TKI). Di Malaysia saat ini telah menyerap banyak Perawat Pendidik (Dosen dan Clinical Instructur) dalam berbagai institusi pendidikan Keperawatan, data terakhir menyebutkan sekitar 200 orang telah bekerja sebagai Perawat Pendidik di negara jiran Indonesia itu (Sumber Nursing Board Malaysia). Belum lagi Perawat Indonesia yang bekerja di Timur Tengah terbilang cukup banyak, terutama di Kuwait, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan lain sebagainya, dimana setiap tahun permintaan tenaga Perawat Indonesia ini terus berdatangan.

Bahkan saat ini ditengarai semakin banyak Perawat Indonesia yang terserap untuk bekerja di negara maju, seperti Australia, Korea Selatan, Uni Eropa maupun Kanada dan Amerika Serikat. Di berbagai negara itu ternyata kompetensi Perawat Indonesia  sudah mulai diterima, bersaing dengan Perawat dari Filiphina yang telah lebih maju terlebih dahulu.

Namun, ditengah euphoria semakin diterimanya profesi Keperawatan dalam kerja profesional di mancanegara, terbersit kabar bahwa para calon Perawat yang saat ini sedang menuntut ilmu diberbagai lembaga pendidikan Keperawatan terancam tidak dapat menyelesaikan pendidikan Keperawatannya. Hal ini lantaran kian hari biaya untuk menyelesaikan pendidikan Keperawatan, terutama untuk level Sarjana, kian bertambah tinggi (Sumber perbincangan di twitter @BlogPerawat).

Bayangkan bahwa di sebuah perguruan tinggi negeri, mahasiswa Keperawatan yang diterima melalui jalur undangan bahkan harus merogoh uang orang tuanya sehingga 72 juta rupiah guna menyelesaikan 8 semester pendidikan akademik dan 2 semester pendidikan profesi. Sedangkan untuk mahasiswa yang lulus melalui penerimaan mahasiswa baru secara nasional, biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan pendidikan Keperawatan di perguruan tinggi negeri tersebut berkisar antara 15 juta rupiah sehingga 30 juta rupiah guna meraih gelar sebagai Perawat yang profesional.

Bisa kita bayangkan bagaimana para mahasiswa Keperawatan yang kebetulan tidak diterima di perguruan tinggi negeri dan harus rela kuliah di perguruan tinggi swasta, berapa biaya yang harus mereka keluarkan? Tentunya akan lebih tinggi dari mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi negeri. Hasil survey kecil-kecilan melalui Twitter didapatkan data bahwa mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi swasta harus mengeluarkan dana antara 30 juta rupiah sehingga 50 juta rupiah untuk menjadi seorang Perawat yang profesional. Bukankah itu jumlah yang besar?

Jika keadaan ini terus dibiarkan, maka dikhawatirkan semakin lama akan semakin sedikit mahasiswa Keperawatan yang dapat menyelesaikan program pendidikan akademik dan program pendidikan profesinya sekaligus. Dan, mereka akan lebih memilih untuk menyelesaikan program pendidikan akademiknya saja dengan harapan dapat diterima bekerja diberbagai instansi diluar instansi kesehatan. Dan, kondisi ini perlulah kita renungkan bersama, karena hal tersebut tentunya akan dapat menjejaskan profesi Perawat yang saat ini sedang berkembang kearah yang lebih baik. Bagaimana menurut anda?

Sumber: Blogperawat.com

0 komentar: