Kamis, 27 Juni 2013

Agar Pintar, Kaya dan Terkenal

INDONESIANNURSINGTRAINERS.com | Syaifoel Hardy | Doha – Sebelas orang-orang yang rata-rata mantan Ketua Permiqa (Persatuan Masyarakat Indonesia di Qatar) itu berjajar. Mereka berdiri mengenakan baju batik, corak kembang warna-warni dengan dominan coklat dan hitam, sedang menunggu dilantik oleh Kedubes RI untuk Qatar kemarin malam, sehari sebelum saya tulis artikel ini.
Mereka adalah orang-orang yang bukan hanya pernah dikenal, setidaknya oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang tinggal dan bekerja di Qatar, namun juga dari kalangan orang punya.
Rata-rata berprofesi sebagi engineer bekerja di sektor migas, yang tentu saja besar bayarannya. Mereka juga orang-orang pintar!
Tidak terpenuhinya salah satu dari ketiga kriteria yang saya sebut di atas (pintar, kaya dan terkenal), saya sendiri ragu, mereka bakal berdiri di depan, di Wisma Duta, dilantik menjadi anggota dalm tim Indonesia Diaspora Network, Chapter Qatar, 2013.
Pintar, kaya dan terkenal, tidak ada yang salah. Sah-sah saja. Agama pun membenarkan. Tanpa kepintaran, orang tidak mampu ‘mengenal’ Tuhan nya. Tanpa kekayaan, orang tidak sanggup beramal. Tanpa ketenaran, orang tidak mampu berinteraksi sosial dengan sesamanya.
Begitulah……
Seringkali saat keliling kampus, dari kota satu ke kota lainnya, saya ditanya oleh mahasiswa, apa cita-cita saya saat masih sekolah dulu. Saya selalu jawab, bahwa hidup yang baik adalah hidup yang bermanfaat bagi orang lain. Nilai manfaat ini bisa ditinjau dari tiga segi: ilmu pengetahuan, termasuk kepandaian; kekayaan harta yang membuat posisi seseorang secara finansial mampu membantu mereka yang miskin ataukaum duafa; serta yang ke tiga adalah ketenaran yang bisa dimanfaatkan untuk kebajikan.
Dari ketiganya, dari mana kita memulainya?
Berikut ini adalah tips, yang semoga saja bermanfaat.
Pertama, harus pintar dulu. Pintar, dalam bahasa Inggrisnya, saya lebih menyukai kata ‘smart’ ketimbang ‘clever’. Kata smart menunjukkan kepandaian dalam konotasi positif. Sedangkan ‘clever’, cenderung ‘negatif’. Si Kancil misalnya, menggunakan kecerdikannya (clever) guna menipu mangsanya. Kecerdikan dalam artian negatif. Sedangkan smart, bukan hanya akal, tapi juga kecerdasan hati.
Agar pintar, memang harus belajar giat. Tidak harus belajar keras, 8 jam sehari. Saya lebih suka setiap hari membaca buku 30 menit namun rutin, ketimbang seminggu sekali selama 3,5 jam.
Di bangku sekolah juga senang duduk di barisan depan, agar tidak ngantuk serta dikenal oleh guru/dosen. Suka bertanya supaya terkesan aktif. Kita tahu, dosen lebih senang mahasiswa aktif yang senang bertanya. Membuat ringkasan kuliah adalah cara lain yang praktis, ketimbang harus membaca buku secara keseluruhan, sehari sebelum ujian.
Rajin mengajarkan ilmu yang dimiliki meski sedikit, adalah cara bijak pula untuk mempertajam pengetahuan kita.
Saya dulu sejak di bangku Sekolah Dasar, kelas lima, suka mengajar anak-anak, sambil belajar jadi guru. Pada masa awal-awal bekerja, sayalah yang mengajar Ibu untuk membaca dan menulis sehingga beliau mampu membaca tulisan-tulisan besar yang ditayangkan pesawat televisi. Ibu bisa menorehkan tanda tangannya dulu lantaran sumbangsih saya, sebagai anaknya yang merasa bangga, meski sumbangan ini tidak seberapa nilainya dibanding kasih sayang beliau kepada saya.
Berbagilah pengetahuan atau ketrampilan yang anda miliki dengan teman-teman. Jangan genggam sendiri ilmu yang anda peroleh. Semakin sering berbagi, semakin pintar anda dibuatnya. Makin sering anda mengajar, makin hafal dibuatnya serta makin tahu akan kekurangan diri sendiri. Dengan begitu, inovasi diri makin meningkat. Otomatis anda akan dibuat pintar! Percayalah!
Yang kedua: kaya. Untuk bisa kaya, anda harus pernah mengalami atau setidaknya pernah merasakan bagaimana rasanya jadi orang miskin. Jika anda dibesarkan dari keluarga kaya, berbahagia dan syukurilah! Tanpa pernah merasakan kemiskinan, tidak mungkin anda mampu membedakan kaya dan miskin.
Masa kecil saya sarat akan derita. Mulai makan nasi basi yang dikeringkan (Karag), hingga mencari kayu di hutan untuk menanak bubur. Mencari bayam di sawah milik ortang lain, buruh mijit nenek-nenek tetangga, serta mengajar anak-anak kecil membaca, menulis dan berhitung. Saat sekolah menengahpun, saya sering diminta untuk membantu menulis pelajaran di buku teman-teman. Upahnya, bisa digunakan untuk beli jajan dan uang saku.
Memasuki usia kerja, saya masih semoat pula upayakan untuk mempertajam potensi diri dengan memberikan kursus Bahasa Inggris dan rajin menulis kemudian dikirimkan ke berbagai media massa. Hasilnya, lumayan bisa dimanfaatkan untuk membantu Ibu dan adik-adik yang masih sekolah, juga melengkapi berbagai kebutuhan pribadi tidak terkecuali mesin ketik, kamera, tape recorder, hingga pakaian.
Hingga bekerja di luar negeri sekalipun, kegiatan serupa masih aktif saya lakukan. Bukan hanya untuk warga indonesia saja, juga warga negara lain.
Dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini, saya merasa bertambah ‘kaya’. Kaya tidak harus dalam bentuk duit. Kaya bisa dalam artian pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, dan hati.
Meski saya tidak pungkiri bahwa dengan mengadakan momen-momen seperti workshop, seminar dan kuliah tamu ini, saya mendapatkan imbalan, namun bukan itu tujuan utamanya. Kepuasan terhadap kekayaan harta tidak pernah usai. Manusia tidak pernah puas terhadap perolehan harta bendanya. Saya butuh harta benda dan kekayaan, namun tidak ingin diperbudak olehnya! Sebaliknya, saya yang seharusnya mengendalikan harta kekayaan ini.
Untuk bisa memperoleh predikat kaya, anda harus banyak teman. Tapi hati-hati memilih teman. Karena, tidak jarang ada teman-teman yang justru akan menjerumuskan kita ke lembah kehancuran, bukan kesuksesan.
Untuk menjadi kaya, kita juga harus harus dan bergaul dengan mereka yang memiliki motivasi hidup yang tinggi.
Jika dua hal ini sudah ada dalam genggaman anda (ilmu dan banyaknya teman/saudara), biasanya rejeki akan ikut di belakang, mengekor. Yang namanya kekayaan akan datang dengan sendirinya tanpa dicari.
Yang ketiga adalah terkenal.
Pada zaman sekarang ini, orang yang pintar dan kaya lebih disuaki dari pada pintar saja namun tidak memiliki harta. Makanya, jika sudajh memiliki pengetahuan, sekolah tinggi, berpendidikan cukup serta bekerja mapan, jangan sia-siakan kesempatan untuk melangkah ke jenjang atau tahapan berikut, yakni: terkenal.
Gabunglah dengan organisasi-organisasi sosial atau profesi, agar anda dikenal. Ikutlah kegiatan pengajian di kampung. Manfaatkan rapat-rapat kantor dan berpartisipasi aktiflah dengan melontarkan komen-komen atau pernyataan serta diskusi. Semakin sering anda berbicara, semakin banyak mata yang melihat kiprah anda.
Bikinlah kartu nama. Jangan duduk diam seolah sakit gigi, jika duduk di kendaraan umum dalam perjalanan panjang. Bila perlu, ajaklah orang lain di sebelah anda untuk berbicara, diskusi tentang topik-topik umum. Siapa tahu, orang di sebelah anda adalah orang pertama yang mengajak anda meraih jenjang kesuksesan di masa mendatang.
Ikutlah lomba-lomba sesuai dengan kemampuan anda, menulis, berpidato, bahsa Inggris, ceramah, dll.
Facebook, jangan digunakan untuk sambilan saja. Tetapi seriuslah, namun hati-hati, lantaran tidak sedikit orang-orang yang iseng di FB yang membuat kehidupan sosial dan profesi bisa malah runyam.
Jika duduk dalam sebuah organisasi, sampaikan apa yang bisa anda sumbangkan di dalamnya, bukan sebaliknya, apa yang organisasi berikan kepaqda anda. Tunjukkan bahwa anda bisa berbuat sesuatu bagi masyarakat banyak.
Bila ada waktu, kalau perlu, kunjungi panti asuhan atau sekolah/universitas. Berbicaralah di depan anak-anak, orang kampung, forum umum, hingga di depan kelas. Belajar berbicara seperti ini akan membantu memperkuat rasa percaya diri.
Pada akhirnya, percayalah, anda bisa jadi terkenal, meskipun tidak harus sekelas bintang Hollywood!
Itulah tiga kunci guna meraih kepuasan dalam hidup.
Bila tidak mampu meraih ketiga-tiganya, minimal satu aspek harus anda penuhi, agar bisa dipakai sebagai pegangan hidup. Ini penting, supaya kita, manusia yang diberkahi dengan hati dan fikiran ini bisa memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang dimilikinya!

Doha, 28 January 2013
hardy.syaifoel@yahoo.com

0 komentar: