Minggu, 30 Juni 2013

Jurnal Online Gratis di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia


Perkembangan penelitian Keperawatan dan penelitian Kesehatan kian meningkat. Terlebih saat ini ada 682 kampus yang menawarkan program Diploma 3 Keperawatan dan 465 kampus yang menawarkan program Diploma 3 Kebidanan telah berdiri di Indonesia. Begitupun program pendidikan Sarjana Keperawatan, program Profesi Ners, program Magister Keperawatan, program Spesialis Keperawatan dan program Doktoral Keperawatan telah pun beroperasi diseluruh wilayah Indonesia.
Namun peningkatan pesat pendidikan keperawatan dan pendidikan profesi Kesehatan yang lain, tidak diimbangi dengan sarana dan prasaran yang memuaskan. Selain masih banyak lembaga pendidikan tersebut belum memiliki gedung sendiri, beberapa diantaranya pun belum memiliki akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Salah satu yang sering dilupakan oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta tersebut adalah ketidakmapuan untuk menyediakan perpustakaan yang layak yang mampu menunjang pembelajaran mahasiswa, khususnya dalam pengembangan penelitian Keperawatan dan Kesehatan.
Hanya di beberapa PTN yang bonafide dan di beberapa PTS yang dimiliki oleh owner yang peduli pendidikan yang memiliki akses tidak terbatas terhadap sumber literature untuk penelitian. Sumber yang dimaksud adalah text book yang senantiasa di-update dan ketersediaan journal online bagi para mahasiswa. Alasan klasik yang selalu diungkapkan adalah masih mahalnya harga text book import di Indonesia, terlebih lagi untuk berlanggan journal online lebih mahal lagi biaya yang perlu dikeluarkan.
Namun kini bagi mahasiswa yang sedang belajar di kampus yang tidak menyediakan akses untuk journal online, sekarang Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) menawarkan kepada seluruh masyarakat Indonesia dimanapun Anda berada untuk secara percuma mengakses beberapa journal online ternama dunia bagi anak bangsa yang membutuhkannya. Syaratnya adalah Anda harus terdaftar sebagai anggota PNRI, kemudian keanggotaan Anda di PNRI tersebut didaftarkan untuk mengakses journal online yang disediakan PNRI. Journal online yang dimiliki oleh PNRI ini dinamakan e-Resources, saat ini journal online yang dilanggan terdiri dari:
  1. Proquest,
  2. Gale – Cengage Learning,
  3. @My Library,
  4. Sage,
  5. Ulrichs – Periodicals Directory,
  6. EBSCO Host,
  7. IGI Global,
  8. Westlaw,
  9. ISEAS,
  10. ALA Publishing, dan
  11. Balai Pustaka.
Nah, bagi Anda yang sedang membutuhkan journal online untuk berbagai keperluan akademik Anda, berikut ini penulis akan menjelaskan tentang tata-cara registrasi sehingga pada akhirnya Anda akan dapat mengakses journal online yang disediakan oleh PNRI tersebut baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Caranya tidak sulit, hanya dengan mengikuti step by step dibawah ini Anda akan segera dapat menguasainya. Selamat mencoba.
Pertama, ada baiknya Anda sediakan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk registrasi, seperti kartu identitas (KTP, SIM, Kartu Pelajar, Kartu Mahasiswa, Paspor atau Kartu Keluarga).
Kedua, pastikan bahwa Anda masih memiliki alamat email yang masih aktif dan masih dapat menerima konfirmasi pendaftaran yang nanti akan Anda lakukan.
Ketiga, buka internet browser yang biasa Anda gunakan (chrome, firefox, internet explorer, safari, dll). Bukalah dengan internet browser Anda alamat website PNRI berikut ini http://keanggotaan.pnri.go.id. Bila Anda berhasil, maka halaman web yang terbuka akan terlihat seperti dibawah ini:
Keanggotaan PNRI
Kemudian Anda klik tombol untuk Daftar. Setelah Anda klik akan muncul halaman web yang berisi tentang: Persyaratan, Tata Tertib, Hak dan Kewajiban, Kartu Anggota. Baca-baca saja dahulu informasi yang bermanfaat untuk dipelajari tersebut. Gambarnya akan terlihat seperti dibawah ini:
Petunjuk Pendaftaran Anggota
Setelah puas Anda membaca petunjuk pendaftaran diatas, selanjutnya klik tombol untuk Lanjutkan Pendaftaran yang terletak disebelah kanan atas. Apabila Anda klik dengan benar akan keluar halaman web seperti dibawah ini:
Pendaftaran Anggota
Kolom yang wajib Anda isi adalah kolom yang berwarna pink, sedangkan kolom lain apabila Anda tidak berniat mengisinya tidak masalah. Setelah selesai mengisi kolom yang diperlukan, kemudian contreng-lah kolom paling bawah yang isinya “Saya menyatakan data yang diisi benar dan dapat dipertanggungjawabkan, serta setuju untuk mentaati segala peraturan Perpustakaan Nasional RI”. Kemudian klik tombol DaftarSetelah itu akan muncul halaman web seperti ini:
Pendaftaran Sukses
Kemudian tutup halaman web tersebut, kemudian lanjutkan proses pendaftaran ke tahap berikutnya, yaitu untuk pendaftaran e-Resources.
Keempat, gunakan nomor anggota yang telah Anda miliki untuk melakukan registrasi e-Resources pada halaman web berikut http://e-resources.pnri.go.id/index.php?option=com_user&task=register, seperti terlihat dibawah ini:
Pendaftaran e-Resources
Isilah dalam formulir tersebut Nama, No. Anggota, Tanggal Lahir, Alamat, Username, Password, Verify Password dan Email. Kemudian isilah Kode Pengaman yang tertera dibagian bawah. Selanjutnya Anda register. Apabila Anda sukses maka akan keluar halaman web seperti dibawah ini:
Pendaftaran Selesai
Kelima, cek email Anda, apabila Anda menerima email seperti ini “Terima kasih telah melakukan registrasi Akun Pengguna e-Resources Perpustakaan Nasional RI. Kami akan lakukan verifikasi data keanggotaan Anda, kemudian mengirimkan user id beserta password untuk mengakses portal e-Resources Perpustakaan Nasional RI. Webmaster E-Resources”, maka Anda telah melakukan registrasi e-Resources dengan baik. Setelah 1 hari kerja, webmaster e-Resources akan mengirimkan email kembali untuk menginformasikan bahwa akun Anda telah diaktvasi dan boleh digunakan untuk mengakses e-Resources.
Keenam, tunggu dalam 1 hari kerja untuk aktivasi email Anda oleh webmaster e-Resources. Setelah akun Anda aktif, selanjutnya Anda dapat mengunduh atau sekedar membaca journal online yang ada disana untuk Anda gunakan dalam berbagai keperluan akademik Anda.
Apabila ada kesulitan dalam proses pendaftaran ini, silakan Anda menghubungi webmaster e-Resources yang berkaitan dengan mengirimkan email kealamat berikut: admin_eresources@pnri.go.id. Selamat mencoba!

Photo via www.pnri.go.id

Sumber: Blogperawat.com

Perawat Indonesia Menjejak Dunia

Perawat adalah sebuah profesi penting dalam dunia kesehatan. Peranannya dalam dunia kesehatan tidak terbantahkan. Sebagai profesi dengan kuantitas terbesar di Indonesia, eksistensi Perawat tidak dapat dipandang sebelah mata, begitu juga kontribusinya yang cukup signifikan dalam pembangunan kesehatan di tanah air. Terlebih lagi bahwa Perawat adalah satu-satunya profesi kesehatan yang memiliki ciri unik seperti berikut ini:
  • Bekerja selama 24 jam dalam setiap hari
  • Beraktivitas selama 7 hari dalam satu minggu
  • Bertugas selama 30 hari dalam setiap bulan
  • Mengabdi selama 365 hari dalam setiap tahun
Perawat di Indonesia saat ini bekerja diberbagai fasilitas kesehatan, mulai dari Perawat pelaksana dan Perawat manager di rumah sakit maupun klinik, Perawat pendidik dan peneliti di kampus pendidikan Keperawatan maupun Perawat komunitas yang bekerja door to door di masyarakat. Seluruh elemen kesehatan tidak mungkin steril dari profesi Perawat, karena para Perawat-lah yang memberikan asuhan Keperawatan pada individu sejak dari sebelum dilahirkan sehingga dikebumikan.
Perawat Indonesia ditengah keterbatasan yang dialami – diantaranya ketiadaan kepastian hukum sekelas undang-undang maupun badan pemerintah yang secara khusus ditugaskan untuk mengurusi profesi ini – prestasinya sehingga saat ini justru sangat menggembirakan. Selain mereka mampu bertugas dengan baik dan profesional di tanah air, statistik juga telah mencatat bahwa profesi Perawat merupakan penyumbang terbesar devisa bagi negara dari segi tenaga profesional yang bekerja di luar negeri. Perlu diketahui bahwa profesi Perawat adalah profesi yang paling banyak dikirimkan untuk bekerja di luar negeri sehingga hari ini, kuantitasnya jauh meninggalkan profesi lain dalam dunia kesehatan, seperti: Kedokteran, Farmasi, Kebidanan, dan lain-lain.
Berdasarkan data yang kami kumpulkan bersama rekan-rekan yang saat ini bekerja di luar negeri melalui sebuah group di Facebook, sehingga hari ini 3 Agustus 2012, kami telah berhasil mendata sebahagian kecil Perawat yang saat ini sedang bekerja di luar negeri. Para Perawat ini bekerja tersebar mulai dari Amerika Serikat, Australia, Belanda, Jepang, Timur Tengah dan Asia Tenggara. Jumlah yang tercatat saat ini adalah 1905 [seribu sembilan ratus lima] orang dengan perincian sebagai berikut:
  • Amerika Serikat: 2 orang [data sementara]
  • Australia: 100 orang
  • Belanda: 1 orang [data sementara]
  • Jepang: 892 orang
  • Qatar: 70 orang
  • UAE: 57 orang
  • Kuwait: 747 orang
  • Malaysia: 17 orang
  • Singapura: 7 orang
  • Brunei Darussalam: 12 orang
Bisa kita bayangkan bahwa sebuah profesi yang kurang diperhatikan oleh pemerintah bisa menggurita di dunia kerja internasional seperti ini – apalagi – bila suatu saat nanti profesi Perawat Indonesia telah memiliki Undang-Undang Keperawatan sendiri dan Nursing Board sendiri, tentunya akan semakin mengglobal lagi eksistensi Perawat Indonesia yang bekerja di luar negeri tersebut.
Dan – suatu saat nanti – tidak mustahil dan sangat dimungkinkan sekali bahwa Perawat Indonesia akan segera dapat mengejar ketertinggalan kuantitas dan kualitasnya terhadap Perawat Filiphina dan Perawat India yang terlebih dahulu telah eksis di dunia kerja Keperawatan di mancanegara.
Maju terus profesi Perawat di Indonesia!

Sumber: Blogperawat.com

Dilema Pendidikan Keperawatan di Indonesia

Profesi Perawat di Indonesia saat ini semakin diterima di mancanegara. Jepang saja memerlukan tenaga Perawat Indonesia sebanyak 1000 orang sejak tahun 2008, namun hingga saat ini baru terpenuhi 791 orang saja (Sumber BNP2TKI). Di Malaysia saat ini telah menyerap banyak Perawat Pendidik (Dosen dan Clinical Instructur) dalam berbagai institusi pendidikan Keperawatan, data terakhir menyebutkan sekitar 200 orang telah bekerja sebagai Perawat Pendidik di negara jiran Indonesia itu (Sumber Nursing Board Malaysia). Belum lagi Perawat Indonesia yang bekerja di Timur Tengah terbilang cukup banyak, terutama di Kuwait, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan lain sebagainya, dimana setiap tahun permintaan tenaga Perawat Indonesia ini terus berdatangan.

Bahkan saat ini ditengarai semakin banyak Perawat Indonesia yang terserap untuk bekerja di negara maju, seperti Australia, Korea Selatan, Uni Eropa maupun Kanada dan Amerika Serikat. Di berbagai negara itu ternyata kompetensi Perawat Indonesia  sudah mulai diterima, bersaing dengan Perawat dari Filiphina yang telah lebih maju terlebih dahulu.

Namun, ditengah euphoria semakin diterimanya profesi Keperawatan dalam kerja profesional di mancanegara, terbersit kabar bahwa para calon Perawat yang saat ini sedang menuntut ilmu diberbagai lembaga pendidikan Keperawatan terancam tidak dapat menyelesaikan pendidikan Keperawatannya. Hal ini lantaran kian hari biaya untuk menyelesaikan pendidikan Keperawatan, terutama untuk level Sarjana, kian bertambah tinggi (Sumber perbincangan di twitter @BlogPerawat).

Bayangkan bahwa di sebuah perguruan tinggi negeri, mahasiswa Keperawatan yang diterima melalui jalur undangan bahkan harus merogoh uang orang tuanya sehingga 72 juta rupiah guna menyelesaikan 8 semester pendidikan akademik dan 2 semester pendidikan profesi. Sedangkan untuk mahasiswa yang lulus melalui penerimaan mahasiswa baru secara nasional, biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan pendidikan Keperawatan di perguruan tinggi negeri tersebut berkisar antara 15 juta rupiah sehingga 30 juta rupiah guna meraih gelar sebagai Perawat yang profesional.

Bisa kita bayangkan bagaimana para mahasiswa Keperawatan yang kebetulan tidak diterima di perguruan tinggi negeri dan harus rela kuliah di perguruan tinggi swasta, berapa biaya yang harus mereka keluarkan? Tentunya akan lebih tinggi dari mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi negeri. Hasil survey kecil-kecilan melalui Twitter didapatkan data bahwa mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi swasta harus mengeluarkan dana antara 30 juta rupiah sehingga 50 juta rupiah untuk menjadi seorang Perawat yang profesional. Bukankah itu jumlah yang besar?

Jika keadaan ini terus dibiarkan, maka dikhawatirkan semakin lama akan semakin sedikit mahasiswa Keperawatan yang dapat menyelesaikan program pendidikan akademik dan program pendidikan profesinya sekaligus. Dan, mereka akan lebih memilih untuk menyelesaikan program pendidikan akademiknya saja dengan harapan dapat diterima bekerja diberbagai instansi diluar instansi kesehatan. Dan, kondisi ini perlulah kita renungkan bersama, karena hal tersebut tentunya akan dapat menjejaskan profesi Perawat yang saat ini sedang berkembang kearah yang lebih baik. Bagaimana menurut anda?

Sumber: Blogperawat.com

Sabtu, 29 Juni 2013

ENJOY NURSING! When I Got R.N. in America, My Mom Cries



by Arif Indiarto|indonesiannursingtrainers.com

Menjadi seorang perawat di sebuah desa kecil di daerah Kabupaten Rembang itu, sebuah impian yang harapkan oleh Ibu, sejak saya kecil. Dengan harapan bisa membantu orang-orang sakit di kampung. Itulah doa mulia dari seorang ibu yang di kabulkan oleh Sang Maha Pencipta.
Tamat dari SMA tahun 1999, saya mendaftarkan di UMPTN, STPDN, and Akper Depkes Semarang (sekarang berubah menjadi Politeknik Kemenkes Semarang). Ayah menganjurkan untuk memfokuskan tes di STPDN, tapi ibu memilih lain, masuk Akper.
Alhamdulillah di terima UMPTN di Universitas Brawijaya, dan Akper Depkes Semarang. STPDN tidak saya lanjutkan karena beberapa alasan. Salah satunya adalah, masalah dana yang cukup besar saat itu.
Setelah berdiskusi dengan orangtua, akhirnya saya menuruti saran Ibu.
*****
Menginjakkan kaki pertama di kampus Akper Depkes Semarang, saya berdo’a semoga kelak bisa membahagiakan orangtua. Semester demi semester terselesaikan dengan nilai yang cukup memuaskan.
Selama menjadi menjadi mahasiswa yang praktik di RS Karyadi Semarang, saya pergunakan waktu sebaik-baiknya untuk belajar klinik dari perawat-perawat senior di RS. Kadang, sempat tiap hari libur, datang ke RS untuk bertanya kepada clinical instruktur (CI) tentang hal-hal yang kurang saya pahami.
Alhamdulillah, dengan bantuan perawat ruangan yang sering mengajarkan tentang skill keperawatan, saya merasa lebih siap kalo suatu saat bekerja di RS.
Di samping itu, saya juga aktif belajar research dan kegiatan Lansia dengan Bu Suharsi yang waktu itu aktif di organisasi PPNI Jateng.
Setelah ujian akhir, saya mencoba ikut lomba pembuatan logo Poltekkes Semarang yang dengan bantuan teman dari UNDIP, alhamdulillah saya mendapatkan juara. Sampai sekarang logo Poltekkes itu dipakai oleh seluruh Dosen, staff, mahasiswa, dan bahkan ijazah-ijazah yang di keluarkan oleh Poltekkes Semarang.
Saya sadari, jika seorang hamba mensyukuri nikmat-Nya, niscaya Allah akan melipat gandakan nikmat itu.
Sebelum saya wisuda, ijazah Akper saya belum keluar, dengan bantuan Direktur Poltekkes Semarang (Bapak Ilham Setyo Budi) untuk mengeluarkan Surat Keterangan Lulus, saya memberanikan diri untuk melamar kerja ke sebuah Rumah Sakit besar di Jakarta yang merupakan satu-satunya Pusat Jantung Nasional di Indonesia. RS Jantung Harapan Kita. Alhamdulillah, dinyatakan lolos tes tulis dengan nilai tertinggi. Diikuti test kesehatan, psikotes, dan wawancara, sampe akhirnya saya di terima sebagai perawat di RS Jantung Harapan Kita.
Untuk menjadi perawat di RS Jantung Harapan Kita, ternyata saya harus lulus kursus Kardiovaskuler Dasar (Kursus KD) selama 3 bulan. Tiga bulan selesai, dan saya mulai bekerja di Ruang Intermediate Medical selama hampir 3 tahun.
Selama bekerja di RS Jantung tersebut, saya mendengar bahwa banyak senior-senior yang bekerja RN di Amerika. Sejak itulah saya bermimpi untuk bekerja RN di USA.
Saya memasang foto di kamar kos di Jakarta dengan nama di bawahnya, Arif Indiarto, RN. Setiap melihat foto dan nama itu, niat saya semakin kuat untuk menggapainya. Insya Allah, kalo ada niat pasti ada jalan. Itulah slogan yang selalu saya pakai.
Hari demi hari terlalui, bekerja dan kursus bahasa inggris selama 1,5 tahun di Intersource Jakarta. Sampai teman-teman saya bertanya “Apa kamu nggak capek, habis kerja langsung berangkat kursus?” Saya jawab, tidak ada keberhasilan tanpa adanya usaha, biaya, dan kerja keras.
Tiga tahun bekerja di ruangan IW medical, saya di pindah ke Ruang Bedah jantung. Saya tidak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Allah, karena saya tidak harus sering-sering jaga malam dan memandikan 4 pasien tiap hari.
Belum ada satu tahun bekerja di Ruang OK, ada pengumuman dari Puspronakes Jakarta, kalo ada pengiriman perawat Indonesia untuk traning dan ujian RN di Amerika. Saya di nyatakan lolos tes tulis dan wawancara dari pihak user Amerika.
Ada 12 perawat yang dinyatakan berangkat ke USA waktu itu (Desember 2005). Dan kami semua mengurus visa ke US embassy. Saya sempat kecewa dan menangis saat itu, karena hanya saya yang tidak mendapatkan visa waktu itu. Padahal Saya sudah bilang ke orang tua untuk datang ke Jakarta sebelum berangkat ke Amerika. Pula sudah bilang ke kepala ruangan dan teman-teman kalau mau meninggalkan RS Jantung.
Saya ambil hikmahnya waktu itu. Mungkin ini belum waktu yang tepat untuk meninggalkan orangtua. Ibu menangis. Seolah beliau tidak rela kalo harus pergi ke Amerika dan mengkhawatirkan akan terpengaruh oleh budaya barat.
Hampir tiga bulan saya memastikan dan menceritakan teman-teman yang sudah berangkat duluan kalau Amerika tidak seperti yang Ibu duga. Akhirnya ibu mengijinkan untuk berangkat setelah mendengar cerita dari teman-teman, bahwa di Amerika, juga ada masjid. Saya mendapatkan F1 Visa dari Amerika setelah hampir dua bulan menunggu.
Berangkat ke Amerika bulan Maret 2006, hanya diantarkan Bapak, Mas sepupu saya, dan temen-temen dekat di Jakarta. Sambil menahan rasa sedih dan pilu lantaran mau pisah, saya sampaikan ke Ibu, supaya tidak usah datang ke Jakarta, karena saya tidak akan kuat melihat air mata beliau, saat berpamitan.
Di Houston, saya dijemput oleh teman-teman yang sudah berangkat duluan. Saya dan teman-teman tinggal di asrama mahasiswa selama hampir 6 bulan di Houston Baptist University. Enam bulan lamanya, kami belajar bahasa Inggris, tiap hari makanan kami adalah Grammar, Vocabulary, Writing, Listening, and Speaking. Setelah itu, harus ujian TOEFL IBT or IELTS dengan minimal score untuk IBT TOEFL 83 (with speaking 27), dan IELTS 6.5 (with speaking 7 ).
Lulus IELTS, kami mengikuti program selanjutnya untuk NCLEX RN preparation di Kaplan hampir selama 8 bulan.

Selama saya kursus NCLEX RN, saya sempat bekerja di Chinese Restaurant sebagai waiter, juga bekerja sebagai kasir di Fastfood restaurant. Saya merasa malu kepada orangtua kalau harus meminta bantuan selama pendidikan di Amerika,. Saya putuskan untuk sambil bekerja, guna membiayai kursus dan bisa untuk menutupi biaya hidup. Setiap weekend, bekerja sampai jam 12 malam, supaya bisa bertahan di Amerika.
Memang tidak gampang. Namun harus menjalani semua ini sebagai bagian dari proses kelanjutkan kehidupan profesi saya di Amerika.
Rasanya untuk meraih cita-cita dan bekerja sebagai RN di Amerika, inilah jalan yang harus saya lalui, tidak ada keberhasilan tanpa jerih payah.
Setelah hampir 8 bulan belajar keperawatan dasar, anak, jiwa, medikal bedah, emergency, critical care, dan maternitas, tiba saatnya saya ujian NCLEX RN.
Saya mendapatkan banyak soal tentang kardiovascular yang notabene sudah sedikit mendalami, dari pada soal-soal tentang keperatawatan dasar, maternitas, jiwa, anak, medical bedah, emergency, dan critical care.
Satu hari, setelah ujian saya membuka internet untuk melihat hasil ujian NCLEX RN dan hasilnya “PASS”. Alhamdulillah, saya langsung sujud syukur dan telpon ke Ibu, tentang berita gembira ini!
Ibuku menangis bahagia mendengar berita itu.
Selesai sudah semua ujianku, serasa telor sudah pecah di atas kepala ini, hati gembira dan rasanya plong.
Suatu hari, ada Job Fair di sebuah RS di Houston, sebut saja “Memorial Hermann Hospital”, yang waktu itu membutuhkan RN dengan pengalaman CVOR (Cardiovascular Operating Room). Karena punya pengalaman hampir satu tahun di CVOR, mereka langsung interview di tempat itu juga. Mereka menanyakan kalo mau join sama perusahaan itu, saya menjawab “I will take this position if you sponsor me to get green card”.
Tanpa pikir panjang, ternyata mereka bersedia untuk mensponsori green card. Akhirnya mereka kasih contact person (lawyer) untuk urus surat ijin kerja ini.
Sebelum masuk ke spesial bedah jantung, manager mengirim untuk training bedah umum dulu.
Gaji pertama sebagai RN di Amerika, saya kirimkan uang tersebut ke Ibu supaya mendaftar Haji bersama Ayah. Ibu berdo’a semoga uang itu akan berkah. Alhamdulillah, hanya satu tahun menunggu, kedua orangtua berangkat Haji di tahun 2008.
Training bedah umum selama 6 bulan saya lalui, belajar dari general Surgery, Orthopedic, Neurosurgery, Obgyn, trauma surgery, pediatric surgery, and cardiovascular surgery. Sesudah itu, masuk ke tempat kerja yang saya idam-idamkan. Bisa bekerja sebagai RN di CVOR di Texas Medical Center, “The biggest Medical Center in the world.”
Dengan menjadi perawat, saya bangga dan bersyukur bisa keliling Amerika, London, Liverpool, dan Canada.
Saya yakin, kalau seorang perawat menekuni profesi yang dimiliki dan bersyukur dengan apa yang diraihnya, Allah akan memudahkan, melipatgandakan nikmat-Nya, dan hidup ini terasa berkah.
Saya tidak puas dengan RN yang hanya lulus dari D3 Akper saja. Saya pun memutuskan meneruskan BSN (S1 Keperawatan) di University of Texas Medical Branch.
Setelah 3,5 tahun bekerja dan kuliah, tahun 2011 saya selesai program BSN. Saya juga sempat bekerja di Cardiovascular Intensive Care Unit (CVICU), untuk mencari pengalaman di Critical Care Nursing.
Sekarang ini, saya menekuni pekerjaan di bedah jantung dewasa di Memorial Hermann-Texas Medical Center, bedah jantung anak di Texas Children’s Hospital, dan juga meneruskam study master of nursing program.
Pesan saya kepada generasi muda juga mahasiswa keperawatan, supaya menekuni apa yang di pelajari dan yakin bahwa profesi ini akan memberi manfaat. Bermimpilah dulu, insya Allah mimpi ini akan jadi kenyataan, bila disertai niat yang kuat, gigih, tidak mudah putus asa, serta diiringi berdo’a kepada Allah SWT.
Jika ingin bekerja di luar negeri, perdalam bahasa Inggris sedini mungkin. Untuk berkiprah di sebuah profesi, tidak hanya di butuhkan ‘knowledge’, namun juga harus disertai ‘skill’ dan ‘good attitude’.
Enjoy Nursing !!!

Texas-USA, 30 Desember 2012.
Email: aindiarto@yahoo.com
FB: www.facebook.com/arif.indiarto.33


The Lady With The Lamp




Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – meninggal di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik.[1] Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.

Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa "terpanggil" untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.
Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.

Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.
Perawat pada masa itu hina karena:
  • Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut" (keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti kemana tentara pergi.
  • Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi sopan wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh
  • Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.
  • Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.
Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya.
Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran.
Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan.
Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.

Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, "Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?".
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.
Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith,[3] berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal.

Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.
Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah.
Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince.
Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia.
Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.
Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.
Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari Berlampu".[4] Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena", yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.

Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris 

Sumber: Wikipedia


Foto Kegiatan


 Foto bersama setelah diadakanya Musyra (Musyawarah Anggota) Ke III Himpunan Mahasiswa Keperawatan STIKES HI Jambi untuk menentukan calon Gubernur &Wakil Gubernur HMK STIKES HI Periode 2013/2014



Foto bersama setelah Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur HMK STIKES HI Jambi
Dari hasil penghitungan suara telah terpilih saudara Rosa Ayu Kurnia S & Isti Qomariah (Tengah) sebagai Gubernur & Wakil Gubernur HMK STIKES HI Jambi

Jumat, 28 Juni 2013

Perkembangan Terbaru Proses Perundangan UU Keperawatan

Jakarta, 8 Juni 2013 - Setelah aksi bersama secara nasional pada tanggal 21 Mei 2013 yang dihadiri hampir 10.000 perawat se-Jawa dan perwakilan PPNI daerah diluar Jawa, beberapa kemajuan telah terjadi. Namun upaya pengawalan terhadap pemerintah dan DPR perlu dilakukan secara ketat.  Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui oleh para sejawat diseluruh dunia.

1. Pimpinan DPR telah menunjuk Komisi IX untuk membahasa RUU Keperawatan. Hal ini adalah berita baik, karena komisi tersebut yang mengawali pengusulan, sehingga informasi dan pemahaman Komisi IX akan mempercepat proses pembahasan bersama pemerintah. Bila mekanisme Panja atau Pansus yang akan digunakan, proses bisa lebih lama. Namun demikian, belum jelas siapa yang akan manjadi ketua tim yang membahas RUU ini dalam tubuh Komisi.

2. Kementrian Kesehatan telah marathon membahasan DIM (daftar inventaris masalah) atas draft RUU Keperawatan yang diajukan oleh DPR. Isyu tentang penambahan kata Kebidanan dalam nama RUU, sehingga menjadi RUU Keperawatan dan Kebidanan akhirnya terbukti saat tim PPNI diundang dalam rapat pembahasan DIM bersama tim kementrian pada pertemuan tanggal 29 Mei 2013. Tim merasa terjebak dalam pertemuan tersebut, karena belum ada kesepakatan tentang subtansi dasar, seperti nama, tetapi sudah harus membahasa isi teknis. Akhirnya tim tidak hadir dalam pertemuan berikutnya. 

Pada tanggal 4 Juni 2013, PPNI diundang oleh Sekjend Kemkes untuk membahas kesepakatan tentang usulan penambahan nama dalam RUU Keperawatan yang diajukan oleh DPR. Pertemuan dipimpin langsung oleh Sekjend, bersama staf ahli bidang Medikolegal, Dirjend BUK, Kabiro Hukor dan Direktur Keperawatan. PPNI dihadiri oleh Ketua Umum dan Ketua Dewan Pertimbangan serta Ketua Departemen Kerjasama. Dari Pihak IBI dihadiri oleh PJ Ketua Umum dan 4 Pengurus pusat lainya.   Dalam pertemuan terebut IBI menerima tawaran dari Kemkes untuk dimasukan dalam RUU Keperawatan dengan syarat subtansi harus jelas perbedaanya. Berbagai argumentasi di sampaikan oleh IBI terkait dengan sikap tersebut. Terhadap tawaran Kemkes tentang penambahan nama tersebut, PP PPNI tidak bisa menjawabnya, karena dari 3 kali Munas, amanatnya adalah sama UU Keperawatan, bukan UU yang lain.

RUU Keperawatan dianggap sudah diatas angin oleh Kemkes, karena surat dari DPR dan amanat Presiden sangat jelas, RUU Keperawatan saja tanpa kata lain. Sehingga, sangat terkesan Kemkes hanya berupaya mengadvokasi PPNI untuk menerima usulan penambahan nama tersebut. Proses advokasi tidak berkembang kearah yang lebih kreatif. Seperti apakah satu nama dua esensi atau harus dua nama terpisah sebagai judul UU. Seperti UU Praktek Kedokteran, didalamnya ada dokter dan dokter gigi. Esensi terpisah yang diminta IBI tidak dikembangkan dalam proses advokasi. Usul nama RUU Keperawatan dan Kebidanan oleh kemenkes seperti harga mati.  Terkesan dengan kuat menekan satu pihak dan memanjakan pihak lain. Pertemuan tidak berhasil menyepakati usulan penambahan nama. Hingga akhirnya pimpinan rapat berkesimpulan, tentang nama akan dikembalikan kepada Menkes. Selanjutnya, karena secara kelembagaan RUU adalah usulan DPR, maka PPNI tidak sepakat untuk terlibat dalam tim pembahasan RUU di Kemenkes.  Tetapi bersifat independen, agar bisa mengawal proses di kedua belah pihak secara aktif. 

Hari-hari kedepan adalah hari penuh kewaspadaan, berbagai elemen PPNI harus menggunakan segala indera dan instink bawah sadar serta naluri politik untuk mengawal proses perudangan UU Keperawatan. BILA TIDAK, kemungkinan proses akan sangat lama, momen politik habis. Dan habislah perjuangan belasan tahun kita.

Tetaplah dalam koordinasi, satu langkah, satu visi, banyak aktifitas, dan beragam upaya masif dilakukan untuk UU Keperawatan. Seperti lazimnya sebuah pertandingan babak akhir, energy telah terkuras, stamina sudah nyaris habis, konsentrasi tak lagi focus dan bisa mudah lengah. Tanpa semangat dan kewaspadaan, kemenangan yang sudah hampir diraih bisa lepas begitu saja oleh strategi lawan. Mari tetap waspada dan semangat!

Hidup Perawat Indonesia !!!!
Ditulis oleh Masfuri – Team Satgas RUU Keperawatan

Sumber: PPNI

Kapan Akurnya?

by Adinda Dinar|indonesiannursingtrainers.com
Jadi teringat 15 tahun yang lalu saat pertama kali memasuki bangku kuliah jenjang diploma keperawatan. Disaat itu pula ada perasaan senang dan takut untuk jadi seorang perawat. Sebagian orang awam bilang bahwa perawat itu pembantu dokter, tapi seiring dengan berjalannya waktu istilah itu diganti sebagai perawat adalah mitra dokter. Mitra yang bagaimana??

Senang rasanya waktu kuliah dulu bisa diajarkan dengan seorang dokter karena sosoknya yang pintar, penampilannya yang rapi dengan jas snelli putihnya dan senyumnya yang ramah. Sampai akhirnya saya dan teman-teman berfikir “dokternya baik ya jadi pengen cepat praktik ke ruang rawat deh”. Maklum saat itu saya dan teman – teman masih duduk di tingkat 1.

Waktu berlalu sampai tiba saatnya kami masuk ke ruang rawat di sebuah RS, pertama kali masuk ada rasa takut, deg degan dan senang juga karena sudah memakai baju seragam perawat putih. Dari mulai orientasi ruangan sampai dengan perkenalan ke pasien kami lakukan. Dengan senyum ramah, perkenalan diri dan asal institusi kami belajar juga disampaikan ke pasien dengan bangganya.

Setelah itu setiap kali praktik, mahasiswa perawat diharuskan mengambil kasus pasien kelolaan yang harus kami buat dari awal pengkajian sampai dengan evaluasi. Dimana tugas tersebut harus kami kumpulkan ke institusi setiap akhir praktik dan sebelum masuk ke ruangan berikutnya.
Banyak kendala yang kami temukan pada saat sedang membuat tugas tersebut, diantaranya banyak sekali nama medis yang harus kami pelajari, bahkan tidak segan – segan kami membeli kamus kedokteran untuk mengetahui apa artinya. Mungkin hal ini tidak terlalu menjadi kendala yang serius bagi kami karena selain dengan kamus pun kita dapat menanyakan langsung dengan perawat senior di ruangan.

Kendala yang lain yaitu tempat untuk diskusi mahasiswa perawat yang begitu sulit kami dapati, terkadang kami menggunakan kamar ganti perawat, musola kecil diruangan tersebut, bahkan untuk menulis saja kami harus menggunakan brankar untuk alas kami menulis laporan tugas dari institusi. Kami berpikir mungkin tidak semua ruang rawat seperti ini, memang benar ada sebagian yang ada, kadang – kadang juga bergabung dengan ruangan diskusi dokter, itu juga kalau tidak dipakai untuk mahasiswa koas yang berdiskusi.

Sampai tiba saatnya kami naik ke tingkat 3 hal ini masih saja belum ada perubahan. Terkadang kami berfikir, kita mahasiswa perawat dan mahasiswa koas sama – sama sedang belajar dan mencari ilmu, tetapi kenapa mahasiswa koas lebih di prioritaskan dibandingkan dengan perawat? Mengapa mereka selalu dapat tempat dan fasilitas istimewa dibandingkan perawat padahal kita sama – sama menjadi tamu diruangan tersebut.Bukannya kami minta dihormati seperti layaknya seorang raja, tapi apa yang menjadi dasar seperti ini?

Ternyata tidak sampai disini saja, sampai akhirnya saya menjadi seorang tenaga pendidik untuk mahasiswa saya pun tidak mengalami perubahan sedikit pun. Untuk berdiskusi dengan mahasiswa saja susahnya minta ampun, sampai kami hanya berdiri di sepanjang ruangan tersebut dan terkadang juga langsung ke pasien kelolaan mahasiswa. Sampai suatu ketika saya ingin menggunakan ruang diskusi tempat dimana koas dan dokter selalu ada, dengan memberanikan diri saya dan mahasiswa masuk untuk mendiskusikan apa yang telah mereka dapatkan selama praktik.

Apa yang terjadi selama disana? Pandangan sinis profesi lain menuju ke arah kami, mulanya kami hanya cuek karena kita sama-sama tamu diruangan itu, tapi lama-lama gerah juga di awasin seperti itu. Akhirnya kami mencoba pindah ke tempat yg lebih nyaman menurut kami, yaitu ruang ganti perawat, kami hanya duduk dilantai untuk berdiskusi tanpa ada meja dan kursi disana. Tapi tetap juga tidak nyaman, karena ada beberapa perawat yang menggunakan ruang tersebut untuk ganti baju dan solat disana. Akhirnya kami pindah lagi dan menggunakan ruangan kamar pasien yang kosong, itu juga kalau ada.

Sampai selesai berdiskusi saya hanya bergumam dalam hati, ya Allah seperti inikah profesi kami, sampai diskusi aja tidak bisa menggunakan tempat yang layak, mengapa para dokter bisa seperti itu dan begitu istimewanya mereka. Kendala yang sering ditemukan juga pada saat mahasiswa kami harus mengambil target partus untuk masing -masing mahasiswa. Setiap mahasiswa harus mencoba membantu bagaimana cara menolong persalinan normal dengan dibantu oleh bidan atau dokter diruangan tersebut. Walaupun target yang kami ambil tidak sebanyak mahasiswa profesi selain perawat, setidaknya kami juga berhak mendapatkan hak sama dengan yang lain.Sebelumnya diawal kontrak program sebelum masuk ruang rawat kami dan pengelola ruangan tersebut sepakat bahwa target kompetensi yang akan kami ambil seperti itu, tapi kenyataannya pada saat pengambilan target partus tersebut mahasiswa perawat tidak pernah dipanggil dokter untuk menangani hal ini, justru yang dipanggil mahasiswa yang memang dibidangnya contoh mahasiswa kebidanan.

Sebagian mahasiswa perawat mengatakan bagaimana kami mau tercapai kompetensinya kalau selama di ruangan mahasiswa perawat selalu di anak tirikan? Sampai hal ini sudah saya sampaikan dirapat forum evaluasi ruangan tapi hanya dengan jawaban yang singkat ” Iya,padahal kami sudah sampaikan ke dokternya dan bidan ruangan tersebut”. Saya hanya tersenyum dan dalam hati berkata, “dimana mitra itu”??
Pembaca…

Bagaimana caranya mengangkat derajat seorang perawat yang hanya dianggap sebelah mata oleh profesi lain?. Apakah selama ini akan terus seperti ini? Sampai kapan kami bisa melihat perawat, dokter dan bidan duduk bersama. Hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui. Wallahu alam…

Jakarta, 20 Agustus 2012
adinda_dinar@yahoo.com

Radio Perawat

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam dan diluar negeri memberikan efek yang postif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Seperti halnya pada era 90-an sarana teknologi informasi yang dapat dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat kecil hingga menengah hanyalah sebuah radio. Namun karena semakin berkembangnya teknologi maka di era atau jaman sekarang ini mungkin sangat jarang sekali kita temui rumah atau keluarga yang masih memiliki sebuah radio sebagai sarana hiburan untuk mereka. Karena radio di jaman sekarang ini sudah dikemas dalam bentuk berbeda yaitu berupa sebuah aplikasi yang dapat kita temui di sebuah HP (Handphone). Bahkan dengan adanya internet kita dapat mendengarkan radio secara online.

Tidak mau kalah, sebuah situs keperawatan diindonesia yaitu Perawat Pintar membuat suatu aplikasi radio yang diberi nama Radio Perawat agar dapat dinikmati oleh pendengar setia radio dinusantara terutama para perawat indonesia.

Seperti dilansir disitusnya perawatpintar.web.id menjelaskan dengan adanya Radio Perawat Indonesia ini akan bisa menjadi ajang bagi insan keperawatan untuk berbagi ilmu melalui Radio Perawat Indonesia. Untuk saat ini “Radio Perawat Indonesia” masih dalam acara-acara yang bersifat off-air atau berupa rekaman. Namun ke depan akan ada talkshow serta acara-acara lain yang bersifat membangun insan keperawatan Indonesia. Radio Perawat Indonesia ini bisa anda dengarkan melalui berbagai media baik live via website atau via aplikasi player baik Winamp, Windows Media Player, VLC, Real Player, ataupun Quick Time Player.

Radio Perawat Indonesia ini memakai layanan audio 32Kbps sehingga tidak akan terlalu membutuhkan jaringan yang kuat atau juga akan memakan data yang sedikit untuk Internet anda. Perawat pintar juga berharap semoga dengan hadirnya Radio Perawat Indonesia ini bisa menjadi khasanah media baru bagi dunia keperawatan Indonesia dan bisa memajukan khasanah dunia keperawatan Indonesia.

Bagi PSIKERS yang mau mendownload Aplikasi Radio Perawat untu PC atau Komputer anda silahkan download Di Sini

HMK STIKES HI Luncurkan Website & Sosial Media

HMK POST | Jambi - Setelah diadakanya rapat musyawarah pembentukan kabinet pasca terpilihnya Gubernur dan Wakil Gubernur Himpunan Mahasiswa Keperawatan (HMK), maka Pimpinan HMK STIKES HI Jambi beserta jajaranya segera menyusun suatu program kerja untuk mengembangkan dan membangkitkan kembali HMK STIKES HI yang belakangan terakhir ini sempat mengalami kemunduran yang bisa dibilang cukup drastis. Dari hasil rapat pembentukan kabinet tersebut didapatkan persetujuan untuk menambahkan satu penambahan Divisi yaitu Divisi Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK). Divisi ini memiliki tanggung jawab atau peranan yang cukup penting dalam mempromosikan dan mempopulerkan organisasi HMK ini baik dalam lingkungan kampus STIKES HI Jambi maupun kepada msyarakat luar melalui teknologi dunia maya atau yang lebih sering disebut dengan internet.

Gubernur HMK, Rosa Ayu Kurnia S. saat ditemui oleh HMK Post usai memimpin Rapat Pembentukan Kabinet (Kepengurusan) HMK STIKES HI Jambi menjelaskan bahwa dengan semakin banyaknya pengguna sosial media dan internet di kalangan mahasiwa dan pelajar maka diharapkan dengan diluncurkanya website dan sosial media ini dapat dijadikan sebagai suatu sarana untuk saling bertukar pikiran dan bertukar informasi baik untuk membahas mengenai kepengurusan HMK STIKES HI maupun pembahasan-pembahasan lainya seperti mata kuliah dan lain sebagainya.

CO dari Divisi Teknologi, Informasi & Komunikasi saudara Kms Rahmad Rheno juga mengatakan bahwa website HMK STIKES HI Jambi nantinya tidak hanya berisi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan organisasi HMK saja, melainkan website tersebut juga akan diisi dengan artikel-artikel lain seperti jurnal dan penelitian mengenai keperawatan. Selain itu website tersebut juga akan diisi dengan kisah-kisah inspiratif perawat sukses baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diharapkan dapat menjadi motivasi bagi semua pembaca website ini khususnya para anggota HMK STIKES HI Jambi (Mahasiswa PSIK). Diakhir pembicaraanya CO Divisi TIK Saudara Kms Rahmad Rheno mengharapkan bahwa Website dan Sosial Media HMK STIKES HI Jambi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sampai berakhirnya masa kepengurusan HMK STIKES HI Periode 2013/2014, dan nantinya dapat dilanjutkan oleh para jajaran pengurus selanjutnya.

Kamis, 27 Juni 2013

Agar Pintar, Kaya dan Terkenal

INDONESIANNURSINGTRAINERS.com | Syaifoel Hardy | Doha – Sebelas orang-orang yang rata-rata mantan Ketua Permiqa (Persatuan Masyarakat Indonesia di Qatar) itu berjajar. Mereka berdiri mengenakan baju batik, corak kembang warna-warni dengan dominan coklat dan hitam, sedang menunggu dilantik oleh Kedubes RI untuk Qatar kemarin malam, sehari sebelum saya tulis artikel ini.
Mereka adalah orang-orang yang bukan hanya pernah dikenal, setidaknya oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang tinggal dan bekerja di Qatar, namun juga dari kalangan orang punya.
Rata-rata berprofesi sebagi engineer bekerja di sektor migas, yang tentu saja besar bayarannya. Mereka juga orang-orang pintar!
Tidak terpenuhinya salah satu dari ketiga kriteria yang saya sebut di atas (pintar, kaya dan terkenal), saya sendiri ragu, mereka bakal berdiri di depan, di Wisma Duta, dilantik menjadi anggota dalm tim Indonesia Diaspora Network, Chapter Qatar, 2013.
Pintar, kaya dan terkenal, tidak ada yang salah. Sah-sah saja. Agama pun membenarkan. Tanpa kepintaran, orang tidak mampu ‘mengenal’ Tuhan nya. Tanpa kekayaan, orang tidak sanggup beramal. Tanpa ketenaran, orang tidak mampu berinteraksi sosial dengan sesamanya.
Begitulah……
Seringkali saat keliling kampus, dari kota satu ke kota lainnya, saya ditanya oleh mahasiswa, apa cita-cita saya saat masih sekolah dulu. Saya selalu jawab, bahwa hidup yang baik adalah hidup yang bermanfaat bagi orang lain. Nilai manfaat ini bisa ditinjau dari tiga segi: ilmu pengetahuan, termasuk kepandaian; kekayaan harta yang membuat posisi seseorang secara finansial mampu membantu mereka yang miskin ataukaum duafa; serta yang ke tiga adalah ketenaran yang bisa dimanfaatkan untuk kebajikan.
Dari ketiganya, dari mana kita memulainya?
Berikut ini adalah tips, yang semoga saja bermanfaat.
Pertama, harus pintar dulu. Pintar, dalam bahasa Inggrisnya, saya lebih menyukai kata ‘smart’ ketimbang ‘clever’. Kata smart menunjukkan kepandaian dalam konotasi positif. Sedangkan ‘clever’, cenderung ‘negatif’. Si Kancil misalnya, menggunakan kecerdikannya (clever) guna menipu mangsanya. Kecerdikan dalam artian negatif. Sedangkan smart, bukan hanya akal, tapi juga kecerdasan hati.
Agar pintar, memang harus belajar giat. Tidak harus belajar keras, 8 jam sehari. Saya lebih suka setiap hari membaca buku 30 menit namun rutin, ketimbang seminggu sekali selama 3,5 jam.
Di bangku sekolah juga senang duduk di barisan depan, agar tidak ngantuk serta dikenal oleh guru/dosen. Suka bertanya supaya terkesan aktif. Kita tahu, dosen lebih senang mahasiswa aktif yang senang bertanya. Membuat ringkasan kuliah adalah cara lain yang praktis, ketimbang harus membaca buku secara keseluruhan, sehari sebelum ujian.
Rajin mengajarkan ilmu yang dimiliki meski sedikit, adalah cara bijak pula untuk mempertajam pengetahuan kita.
Saya dulu sejak di bangku Sekolah Dasar, kelas lima, suka mengajar anak-anak, sambil belajar jadi guru. Pada masa awal-awal bekerja, sayalah yang mengajar Ibu untuk membaca dan menulis sehingga beliau mampu membaca tulisan-tulisan besar yang ditayangkan pesawat televisi. Ibu bisa menorehkan tanda tangannya dulu lantaran sumbangsih saya, sebagai anaknya yang merasa bangga, meski sumbangan ini tidak seberapa nilainya dibanding kasih sayang beliau kepada saya.
Berbagilah pengetahuan atau ketrampilan yang anda miliki dengan teman-teman. Jangan genggam sendiri ilmu yang anda peroleh. Semakin sering berbagi, semakin pintar anda dibuatnya. Makin sering anda mengajar, makin hafal dibuatnya serta makin tahu akan kekurangan diri sendiri. Dengan begitu, inovasi diri makin meningkat. Otomatis anda akan dibuat pintar! Percayalah!
Yang kedua: kaya. Untuk bisa kaya, anda harus pernah mengalami atau setidaknya pernah merasakan bagaimana rasanya jadi orang miskin. Jika anda dibesarkan dari keluarga kaya, berbahagia dan syukurilah! Tanpa pernah merasakan kemiskinan, tidak mungkin anda mampu membedakan kaya dan miskin.
Masa kecil saya sarat akan derita. Mulai makan nasi basi yang dikeringkan (Karag), hingga mencari kayu di hutan untuk menanak bubur. Mencari bayam di sawah milik ortang lain, buruh mijit nenek-nenek tetangga, serta mengajar anak-anak kecil membaca, menulis dan berhitung. Saat sekolah menengahpun, saya sering diminta untuk membantu menulis pelajaran di buku teman-teman. Upahnya, bisa digunakan untuk beli jajan dan uang saku.
Memasuki usia kerja, saya masih semoat pula upayakan untuk mempertajam potensi diri dengan memberikan kursus Bahasa Inggris dan rajin menulis kemudian dikirimkan ke berbagai media massa. Hasilnya, lumayan bisa dimanfaatkan untuk membantu Ibu dan adik-adik yang masih sekolah, juga melengkapi berbagai kebutuhan pribadi tidak terkecuali mesin ketik, kamera, tape recorder, hingga pakaian.
Hingga bekerja di luar negeri sekalipun, kegiatan serupa masih aktif saya lakukan. Bukan hanya untuk warga indonesia saja, juga warga negara lain.
Dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini, saya merasa bertambah ‘kaya’. Kaya tidak harus dalam bentuk duit. Kaya bisa dalam artian pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, dan hati.
Meski saya tidak pungkiri bahwa dengan mengadakan momen-momen seperti workshop, seminar dan kuliah tamu ini, saya mendapatkan imbalan, namun bukan itu tujuan utamanya. Kepuasan terhadap kekayaan harta tidak pernah usai. Manusia tidak pernah puas terhadap perolehan harta bendanya. Saya butuh harta benda dan kekayaan, namun tidak ingin diperbudak olehnya! Sebaliknya, saya yang seharusnya mengendalikan harta kekayaan ini.
Untuk bisa memperoleh predikat kaya, anda harus banyak teman. Tapi hati-hati memilih teman. Karena, tidak jarang ada teman-teman yang justru akan menjerumuskan kita ke lembah kehancuran, bukan kesuksesan.
Untuk menjadi kaya, kita juga harus harus dan bergaul dengan mereka yang memiliki motivasi hidup yang tinggi.
Jika dua hal ini sudah ada dalam genggaman anda (ilmu dan banyaknya teman/saudara), biasanya rejeki akan ikut di belakang, mengekor. Yang namanya kekayaan akan datang dengan sendirinya tanpa dicari.
Yang ketiga adalah terkenal.
Pada zaman sekarang ini, orang yang pintar dan kaya lebih disuaki dari pada pintar saja namun tidak memiliki harta. Makanya, jika sudajh memiliki pengetahuan, sekolah tinggi, berpendidikan cukup serta bekerja mapan, jangan sia-siakan kesempatan untuk melangkah ke jenjang atau tahapan berikut, yakni: terkenal.
Gabunglah dengan organisasi-organisasi sosial atau profesi, agar anda dikenal. Ikutlah kegiatan pengajian di kampung. Manfaatkan rapat-rapat kantor dan berpartisipasi aktiflah dengan melontarkan komen-komen atau pernyataan serta diskusi. Semakin sering anda berbicara, semakin banyak mata yang melihat kiprah anda.
Bikinlah kartu nama. Jangan duduk diam seolah sakit gigi, jika duduk di kendaraan umum dalam perjalanan panjang. Bila perlu, ajaklah orang lain di sebelah anda untuk berbicara, diskusi tentang topik-topik umum. Siapa tahu, orang di sebelah anda adalah orang pertama yang mengajak anda meraih jenjang kesuksesan di masa mendatang.
Ikutlah lomba-lomba sesuai dengan kemampuan anda, menulis, berpidato, bahsa Inggris, ceramah, dll.
Facebook, jangan digunakan untuk sambilan saja. Tetapi seriuslah, namun hati-hati, lantaran tidak sedikit orang-orang yang iseng di FB yang membuat kehidupan sosial dan profesi bisa malah runyam.
Jika duduk dalam sebuah organisasi, sampaikan apa yang bisa anda sumbangkan di dalamnya, bukan sebaliknya, apa yang organisasi berikan kepaqda anda. Tunjukkan bahwa anda bisa berbuat sesuatu bagi masyarakat banyak.
Bila ada waktu, kalau perlu, kunjungi panti asuhan atau sekolah/universitas. Berbicaralah di depan anak-anak, orang kampung, forum umum, hingga di depan kelas. Belajar berbicara seperti ini akan membantu memperkuat rasa percaya diri.
Pada akhirnya, percayalah, anda bisa jadi terkenal, meskipun tidak harus sekelas bintang Hollywood!
Itulah tiga kunci guna meraih kepuasan dalam hidup.
Bila tidak mampu meraih ketiga-tiganya, minimal satu aspek harus anda penuhi, agar bisa dipakai sebagai pegangan hidup. Ini penting, supaya kita, manusia yang diberkahi dengan hati dan fikiran ini bisa memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang dimilikinya!

Doha, 28 January 2013
hardy.syaifoel@yahoo.com