Sabtu, 06 Juli 2013

Jangan Remehkan Masalah Penderita Kejiwaan

RadarOnline, Depok. Prof. Dr. Budi Anna Keliat S.Kp., M.AppSc, mengungkapkan, bahwa dari hasil penelitian tahun 2007 mencatat, 0,46 persen penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa. Ternyata masih ada ditemukan pasien dengan penyakit fisik yang mengalami ansietas dan depresi. Seperti di Jakarta menduduki posisi pertama dengan angka 2 persen untuk penderita gangguan jiwa berat. Dan kedua adalah Jawa Barat yang mencapai 22 persen dengan gangguan jiwa ringan.

"Banyak faktor penyebabnya, seprti, masalah biologis, sosial, dan psikologis. Dengan adanya perawat kejiwaan di satu puskesmas dapat mengurangi jumlah penderita gangguan jiwa. Jadi sumbangangan keperawatan jiwa pada pasien sakit fisik yang dirawat di rumah sakit umum ternyata perlu lebih diperbaiki,” ungkapnya kepada wartawan kemarin, seusai pengukuhan Guru Besar Tetap bidang Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FKM UI) Depok.
Dia menerangkan, penderita gangguan jiwa sesungguhnya dapat disembuhkan melalui cara penanganan dan pencegahan gejala awalnya. Mulai dari tingkat stres hingga gangguan jiwa akut. Maka perawatan kesehatan sangat perlu dilakukan.

" Artinya, perawatan itu dilakukan dari dalam kandungan. Ibu hamil perlu dididik bagaimana cara memperlakukan janin hingga melahirkan anak yang sehat. Ini pencegahan yang perlu dilakukan," terang Anna.

Menurutnya, jumlah penderita gangguan jiwa se-Indonesia mencapai 1 juta orang. Namun, ruang perawatan yang tersedia hanya 90 ribu tempat.

"Masih ada masyarakat yang tidak terlayani. Mereka ini yang tersebar di masyarakat, biasanya di kampung-kampung. Bahkan ada diantara mereka yang dipasung. Ini melanggar HAM," tutur Anna.

Anna bangga, dengan kontribusi keperawatan jiwa pada pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit umum telah memberi dampak perbaikan kondisi kesehatan pasien dan keluarganya. Makanya, kegiatan itu perlu terus dilakukan agar perawat terasa bermakna bagi pasien. Keperawatan jiwa di rumah sakit umum untuk pasien dengan masalah fisik karena depresi dapat berdampak pada kualitas hidup.

"Sayangnya kesehatan jiwa belum menjadi program pemerintah," ucapnya.

Dijelaskan Anna, saah satu alasan masuknya keperawatan kesehatan jiwa pada arus utama pelayanan keperawatan jiwa di rumah sakit umum karena meningkatnya masalah kesehatan jiwa pada pasien dengan sakit fisik. Pasien memerlukan perawatan pada respon pasien secara emosi, spiritual, perilaku dan kognitif terhadap masalah fisik yang dialaminya. Psychiatric and mental liasison nurse adalah perawat yang memberikan konsultasi kesehatan jiwa pada pasien sakit fisik.

“Dengan melakukan asesmen dan tindakan baik kepada pasien maupun kepada keluarga. Perawat memberikan asuhan keperawatan secara holisitik. Artinya, bukan hanya kepada diagnosis fisik saja, tetapi juga diagnosis psikososial pada masalah kesehatan jiwa pasien,” jelas dia.

Budi Anna mengingatkan, bahwa asuhan keperawatan difokuskan pada masalah biologis, pikiran, emosi, psikologis, spiritual, sosial dan lingkungan pasien. Gejala sosial yang terjadi saat ini erat kaitannya dengan gangguan jiwa yang diderita.

“Kendati hanya gangguan jiwa ringan namun dapat memicu pada gangguan jiwa berat. Sangat erat kaitannya. Jadi jangan remehkan masalah ini," imbuhnya.(Maulana Said)
 
Sumber: Radar Online

0 komentar: