Menjadi seorang perawat di sebuah desa kecil di daerah Kabupaten
Rembang itu, sebuah impian yang harapkan oleh Ibu, sejak saya kecil.
Dengan harapan bisa membantu orang-orang sakit di kampung. Itulah doa
mulia dari seorang ibu yang di kabulkan oleh Sang Maha Pencipta.
Tamat dari SMA tahun 1999, saya mendaftarkan di UMPTN, STPDN, and
Akper Depkes Semarang (sekarang berubah menjadi Politeknik Kemenkes
Semarang). Ayah menganjurkan untuk memfokuskan tes di STPDN, tapi ibu
memilih lain, masuk Akper.
Alhamdulillah di terima UMPTN di Universitas Brawijaya, dan Akper Depkes Semarang. STPDN tidak saya lanjutkan karena beberapa alasan. Salah satunya adalah, masalah dana yang cukup besar saat itu.
Alhamdulillah di terima UMPTN di Universitas Brawijaya, dan Akper Depkes Semarang. STPDN tidak saya lanjutkan karena beberapa alasan. Salah satunya adalah, masalah dana yang cukup besar saat itu.
Setelah berdiskusi dengan orangtua, akhirnya saya menuruti saran Ibu.
*****
Menginjakkan kaki pertama di kampus Akper Depkes Semarang, saya
berdo’a semoga kelak bisa membahagiakan orangtua. Semester demi semester
terselesaikan dengan nilai yang cukup memuaskan.
Selama menjadi menjadi mahasiswa yang praktik di RS Karyadi Semarang,
saya pergunakan waktu sebaik-baiknya untuk belajar klinik dari
perawat-perawat senior di RS. Kadang, sempat tiap hari libur, datang ke
RS untuk bertanya kepada clinical instruktur (CI) tentang hal-hal yang
kurang saya pahami.
Alhamdulillah, dengan bantuan perawat ruangan yang sering mengajarkan
tentang skill keperawatan, saya merasa lebih siap kalo suatu saat
bekerja di RS.
Di samping itu, saya juga aktif belajar research dan kegiatan Lansia
dengan Bu Suharsi yang waktu itu aktif di organisasi PPNI Jateng.
Setelah ujian akhir, saya mencoba ikut lomba pembuatan logo Poltekkes
Semarang yang dengan bantuan teman dari UNDIP, alhamdulillah saya
mendapatkan juara. Sampai sekarang logo Poltekkes itu dipakai oleh
seluruh Dosen, staff, mahasiswa, dan bahkan ijazah-ijazah yang di
keluarkan oleh Poltekkes Semarang.
Saya sadari, jika seorang hamba mensyukuri nikmat-Nya, niscaya Allah akan melipat gandakan nikmat itu.
Sebelum saya wisuda, ijazah Akper saya belum keluar, dengan bantuan
Direktur Poltekkes Semarang (Bapak Ilham Setyo Budi) untuk mengeluarkan
Surat Keterangan Lulus, saya memberanikan diri untuk melamar kerja ke
sebuah Rumah Sakit besar di Jakarta yang merupakan satu-satunya Pusat
Jantung Nasional di Indonesia. RS Jantung Harapan Kita. Alhamdulillah,
dinyatakan lolos tes tulis dengan nilai tertinggi. Diikuti test
kesehatan, psikotes, dan wawancara, sampe akhirnya saya di terima
sebagai perawat di RS Jantung Harapan Kita.
Untuk menjadi perawat di RS Jantung Harapan Kita, ternyata saya harus
lulus kursus Kardiovaskuler Dasar (Kursus KD) selama 3 bulan. Tiga
bulan selesai, dan saya mulai bekerja di Ruang Intermediate Medical
selama hampir 3 tahun.
Selama bekerja di RS Jantung tersebut, saya mendengar bahwa banyak
senior-senior yang bekerja RN di Amerika. Sejak itulah saya bermimpi
untuk bekerja RN di USA.
Saya memasang foto di kamar kos di Jakarta dengan nama di bawahnya,
Arif Indiarto, RN. Setiap melihat foto dan nama itu, niat saya semakin
kuat untuk menggapainya. Insya Allah, kalo ada niat pasti ada jalan.
Itulah slogan yang selalu saya pakai.
Hari demi hari terlalui, bekerja dan kursus bahasa inggris selama 1,5
tahun di Intersource Jakarta. Sampai teman-teman saya bertanya “Apa
kamu nggak capek, habis kerja langsung berangkat kursus?” Saya jawab,
tidak ada keberhasilan tanpa adanya usaha, biaya, dan kerja keras.
Tiga tahun bekerja di ruangan IW medical, saya di pindah ke Ruang
Bedah jantung. Saya tidak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada
Allah, karena saya tidak harus sering-sering jaga malam dan memandikan 4
pasien tiap hari.
Belum ada satu tahun bekerja di Ruang OK, ada pengumuman dari
Puspronakes Jakarta, kalo ada pengiriman perawat Indonesia untuk traning
dan ujian RN di Amerika. Saya di nyatakan lolos tes tulis dan wawancara
dari pihak user Amerika.
Ada 12 perawat yang dinyatakan berangkat ke USA waktu itu (Desember
2005). Dan kami semua mengurus visa ke US embassy. Saya sempat kecewa
dan menangis saat itu, karena hanya saya yang tidak mendapatkan visa
waktu itu. Padahal Saya sudah bilang ke orang tua untuk datang ke
Jakarta sebelum berangkat ke Amerika. Pula sudah bilang ke kepala
ruangan dan teman-teman kalau mau meninggalkan RS Jantung.
Saya ambil hikmahnya waktu itu. Mungkin ini belum waktu yang tepat
untuk meninggalkan orangtua. Ibu menangis. Seolah beliau tidak rela kalo
harus pergi ke Amerika dan mengkhawatirkan akan terpengaruh oleh budaya
barat.
Hampir tiga bulan saya memastikan dan menceritakan teman-teman yang
sudah berangkat duluan kalau Amerika tidak seperti yang Ibu duga.
Akhirnya ibu mengijinkan untuk berangkat setelah mendengar cerita dari
teman-teman, bahwa di Amerika, juga ada masjid. Saya mendapatkan F1 Visa
dari Amerika setelah hampir dua bulan menunggu.
Berangkat ke Amerika bulan Maret 2006, hanya diantarkan Bapak, Mas
sepupu saya, dan temen-temen dekat di Jakarta. Sambil menahan rasa sedih
dan pilu lantaran mau pisah, saya sampaikan ke Ibu, supaya tidak usah
datang ke Jakarta, karena saya tidak akan kuat melihat air mata beliau,
saat berpamitan.
Di Houston, saya dijemput oleh teman-teman yang sudah berangkat
duluan. Saya dan teman-teman tinggal di asrama mahasiswa selama hampir 6
bulan di Houston Baptist University. Enam bulan lamanya, kami belajar
bahasa Inggris, tiap hari makanan kami adalah Grammar, Vocabulary,
Writing, Listening, and Speaking. Setelah itu, harus ujian TOEFL IBT or
IELTS dengan minimal score untuk IBT TOEFL 83 (with speaking 27), dan
IELTS 6.5 (with speaking 7 ).
Lulus IELTS, kami mengikuti program selanjutnya untuk NCLEX RN preparation di Kaplan hampir selama 8 bulan.
Selama saya kursus NCLEX RN, saya sempat bekerja di Chinese
Restaurant sebagai waiter, juga bekerja sebagai kasir di Fastfood
restaurant. Saya merasa malu kepada orangtua kalau harus meminta bantuan
selama pendidikan di Amerika,. Saya putuskan untuk sambil bekerja, guna
membiayai kursus dan bisa untuk menutupi biaya hidup. Setiap weekend,
bekerja sampai jam 12 malam, supaya bisa bertahan di Amerika.
Memang tidak gampang. Namun harus menjalani semua ini sebagai bagian dari proses kelanjutkan kehidupan profesi saya di Amerika.
Rasanya untuk meraih cita-cita dan bekerja sebagai RN di Amerika,
inilah jalan yang harus saya lalui, tidak ada keberhasilan tanpa jerih
payah.
Setelah hampir 8 bulan belajar keperawatan dasar, anak, jiwa, medikal
bedah, emergency, critical care, dan maternitas, tiba saatnya saya
ujian NCLEX RN.
Saya mendapatkan banyak soal tentang kardiovascular yang notabene sudah sedikit mendalami, dari pada soal-soal tentang keperatawatan dasar, maternitas, jiwa, anak, medical bedah, emergency, dan critical care.
Saya mendapatkan banyak soal tentang kardiovascular yang notabene sudah sedikit mendalami, dari pada soal-soal tentang keperatawatan dasar, maternitas, jiwa, anak, medical bedah, emergency, dan critical care.
Satu hari, setelah ujian saya membuka internet untuk melihat hasil
ujian NCLEX RN dan hasilnya “PASS”. Alhamdulillah, saya langsung sujud
syukur dan telpon ke Ibu, tentang berita gembira ini!
Ibuku menangis bahagia mendengar berita itu.
Selesai sudah semua ujianku, serasa telor sudah pecah di atas kepala ini, hati gembira dan rasanya plong.
Selesai sudah semua ujianku, serasa telor sudah pecah di atas kepala ini, hati gembira dan rasanya plong.
Suatu hari, ada Job Fair di sebuah RS di Houston, sebut saja
“Memorial Hermann Hospital”, yang waktu itu membutuhkan RN dengan
pengalaman CVOR (Cardiovascular Operating Room). Karena punya pengalaman
hampir satu tahun di CVOR, mereka langsung interview di tempat itu
juga. Mereka menanyakan kalo mau join sama perusahaan itu, saya menjawab
“I will take this position if you sponsor me to get green card”.
Tanpa pikir panjang, ternyata mereka bersedia untuk mensponsori green
card. Akhirnya mereka kasih contact person (lawyer) untuk urus surat
ijin kerja ini.
Sebelum masuk ke spesial bedah jantung, manager mengirim untuk training bedah umum dulu.
Sebelum masuk ke spesial bedah jantung, manager mengirim untuk training bedah umum dulu.
Gaji pertama sebagai RN di Amerika, saya kirimkan uang tersebut ke
Ibu supaya mendaftar Haji bersama Ayah. Ibu berdo’a semoga uang itu akan
berkah. Alhamdulillah, hanya satu tahun menunggu, kedua orangtua
berangkat Haji di tahun 2008.
Training bedah umum selama 6 bulan saya lalui, belajar dari general
Surgery, Orthopedic, Neurosurgery, Obgyn, trauma surgery, pediatric
surgery, and cardiovascular surgery. Sesudah itu, masuk ke tempat kerja
yang saya idam-idamkan. Bisa bekerja sebagai RN di CVOR di Texas Medical
Center, “The biggest Medical Center in the world.”
Dengan menjadi perawat, saya bangga dan bersyukur bisa keliling Amerika, London, Liverpool, dan Canada.
Saya yakin, kalau seorang perawat menekuni profesi yang dimiliki dan
bersyukur dengan apa yang diraihnya, Allah akan memudahkan,
melipatgandakan nikmat-Nya, dan hidup ini terasa berkah.
Saya tidak puas dengan RN yang hanya lulus dari D3 Akper saja. Saya
pun memutuskan meneruskan BSN (S1 Keperawatan) di University of Texas
Medical Branch.
Setelah 3,5 tahun bekerja dan kuliah, tahun 2011 saya selesai program
BSN. Saya juga sempat bekerja di Cardiovascular Intensive Care Unit
(CVICU), untuk mencari pengalaman di Critical Care Nursing.
Sekarang ini, saya menekuni pekerjaan di bedah jantung dewasa di
Memorial Hermann-Texas Medical Center, bedah jantung anak di Texas
Children’s Hospital, dan juga meneruskam study master of nursing
program.
Pesan saya kepada generasi muda juga mahasiswa keperawatan, supaya
menekuni apa yang di pelajari dan yakin bahwa profesi ini akan memberi
manfaat. Bermimpilah dulu, insya Allah mimpi ini akan jadi kenyataan,
bila disertai niat yang kuat, gigih, tidak mudah putus asa, serta
diiringi berdo’a kepada Allah SWT.
Jika ingin bekerja di luar negeri, perdalam bahasa Inggris sedini
mungkin. Untuk berkiprah di sebuah profesi, tidak hanya di butuhkan
‘knowledge’, namun juga harus disertai ‘skill’ dan ‘good attitude’.
Enjoy Nursing !!!
Texas-USA, 30 Desember 2012.
Email: aindiarto@yahoo.com
FB: www.facebook.com/arif.indiarto.33
Email: aindiarto@yahoo.com
FB: www.facebook.com/arif.indiarto.33
Sumber: Indonesian Nursing Trainers
0 komentar:
Posting Komentar