Profesi Perawat di Indonesia saat ini semakin diterima di mancanegara. Jepang saja memerlukan tenaga Perawat Indonesia sebanyak 1000 orang sejak tahun 2008, namun hingga saat ini baru terpenuhi 791 orang saja (Sumber BNP2TKI). Di Malaysia saat ini telah menyerap banyak Perawat Pendidik (Dosen dan Clinical Instructur) dalam berbagai institusi pendidikan Keperawatan, data terakhir menyebutkan sekitar 200 orang telah bekerja sebagai Perawat Pendidik di negara jiran Indonesia itu (Sumber Nursing Board Malaysia). Belum lagi Perawat Indonesia
yang bekerja di Timur Tengah terbilang cukup banyak, terutama di
Kuwait, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan lain sebagainya, dimana setiap
tahun permintaan tenaga Perawat Indonesia ini terus berdatangan.
Bahkan saat ini ditengarai semakin banyak Perawat Indonesia yang terserap untuk bekerja di negara maju, seperti Australia, Korea Selatan, Uni Eropa maupun Kanada dan Amerika Serikat. Di berbagai negara itu ternyata kompetensi Perawat Indonesia sudah mulai diterima, bersaing dengan Perawat dari Filiphina yang telah lebih maju terlebih dahulu.
Namun, ditengah euphoria semakin diterimanya profesi Keperawatan
dalam kerja profesional di mancanegara, terbersit kabar bahwa para
calon Perawat yang saat ini sedang menuntut ilmu diberbagai lembaga pendidikan Keperawatan terancam tidak dapat menyelesaikan pendidikan Keperawatannya. Hal ini lantaran kian hari biaya untuk menyelesaikan pendidikan Keperawatan, terutama untuk level Sarjana, kian bertambah tinggi (Sumber perbincangan di twitter @BlogPerawat).
Bayangkan bahwa di sebuah perguruan tinggi negeri, mahasiswa Keperawatan
yang diterima melalui jalur undangan bahkan harus merogoh uang orang
tuanya sehingga 72 juta rupiah guna menyelesaikan 8 semester pendidikan
akademik dan 2 semester pendidikan profesi. Sedangkan untuk mahasiswa
yang lulus melalui penerimaan mahasiswa baru secara nasional, biaya yang
harus dikeluarkan untuk menyelesaikan pendidikan Keperawatan
di perguruan tinggi negeri tersebut berkisar antara 15 juta rupiah
sehingga 30 juta rupiah guna meraih gelar sebagai Perawat yang
profesional.
Bisa kita bayangkan bagaimana para mahasiswa Keperawatan
yang kebetulan tidak diterima di perguruan tinggi negeri dan harus rela
kuliah di perguruan tinggi swasta, berapa biaya yang harus mereka
keluarkan? Tentunya akan lebih tinggi dari mahasiswa yang kuliah di
perguruan tinggi negeri. Hasil survey kecil-kecilan melalui Twitter
didapatkan data bahwa mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi swasta
harus mengeluarkan dana antara 30 juta rupiah sehingga 50 juta rupiah
untuk menjadi seorang Perawat yang profesional. Bukankah itu jumlah yang
besar?
Jika keadaan ini terus dibiarkan, maka dikhawatirkan semakin lama akan semakin sedikit mahasiswa Keperawatan
yang dapat menyelesaikan program pendidikan akademik dan program
pendidikan profesinya sekaligus. Dan, mereka akan lebih memilih untuk
menyelesaikan program pendidikan akademiknya saja dengan harapan dapat
diterima bekerja diberbagai instansi diluar instansi kesehatan. Dan, kondisi ini perlulah kita renungkan bersama, karena hal tersebut tentunya akan dapat menjejaskan profesi Perawat yang saat ini sedang berkembang kearah yang lebih baik. Bagaimana menurut anda?
Sumber: Blogperawat.com
0 komentar:
Posting Komentar