INDONESIANNURSINGTRAINERS.com | Syaifoel Hardy | Doha – Sebelas
orang-orang yang rata-rata mantan Ketua Permiqa (Persatuan Masyarakat
Indonesia di Qatar) itu berjajar. Mereka berdiri mengenakan baju batik,
corak kembang warna-warni dengan dominan coklat dan hitam, sedang
menunggu dilantik oleh Kedubes RI untuk Qatar kemarin malam, sehari
sebelum saya tulis artikel ini.
Mereka adalah orang-orang yang bukan hanya pernah dikenal, setidaknya
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang tinggal dan bekerja di
Qatar, namun juga dari kalangan orang punya.
Rata-rata berprofesi sebagi engineer bekerja di sektor migas, yang tentu saja besar bayarannya. Mereka juga orang-orang pintar!
Tidak terpenuhinya salah satu dari ketiga kriteria yang saya sebut di
atas (pintar, kaya dan terkenal), saya sendiri ragu, mereka bakal
berdiri di depan, di Wisma Duta, dilantik menjadi anggota dalm tim
Indonesia Diaspora Network, Chapter Qatar, 2013.
Pintar, kaya dan terkenal, tidak ada yang salah. Sah-sah saja. Agama
pun membenarkan. Tanpa kepintaran, orang tidak mampu ‘mengenal’ Tuhan
nya. Tanpa kekayaan, orang tidak sanggup beramal. Tanpa ketenaran, orang
tidak mampu berinteraksi sosial dengan sesamanya.
Begitulah……
Begitulah……
Seringkali saat keliling kampus, dari kota satu ke kota lainnya, saya
ditanya oleh mahasiswa, apa cita-cita saya saat masih sekolah dulu.
Saya selalu jawab, bahwa hidup yang baik adalah hidup yang bermanfaat
bagi orang lain. Nilai manfaat ini bisa ditinjau dari tiga segi: ilmu
pengetahuan, termasuk kepandaian; kekayaan harta yang membuat posisi
seseorang secara finansial mampu membantu mereka yang miskin ataukaum
duafa; serta yang ke tiga adalah ketenaran yang bisa dimanfaatkan untuk
kebajikan.
Dari ketiganya, dari mana kita memulainya?
Berikut ini adalah tips, yang semoga saja bermanfaat.
Pertama, harus pintar dulu. Pintar, dalam bahasa Inggrisnya, saya lebih menyukai kata ‘smart’ ketimbang ‘clever’. Kata smart menunjukkan kepandaian dalam konotasi positif. Sedangkan ‘clever’, cenderung ‘negatif’. Si Kancil misalnya, menggunakan kecerdikannya (clever) guna menipu mangsanya. Kecerdikan dalam artian negatif. Sedangkan smart, bukan hanya akal, tapi juga kecerdasan hati.
Berikut ini adalah tips, yang semoga saja bermanfaat.
Pertama, harus pintar dulu. Pintar, dalam bahasa Inggrisnya, saya lebih menyukai kata ‘smart’ ketimbang ‘clever’. Kata smart menunjukkan kepandaian dalam konotasi positif. Sedangkan ‘clever’, cenderung ‘negatif’. Si Kancil misalnya, menggunakan kecerdikannya (clever) guna menipu mangsanya. Kecerdikan dalam artian negatif. Sedangkan smart, bukan hanya akal, tapi juga kecerdasan hati.
Agar pintar, memang harus belajar giat. Tidak harus belajar keras, 8
jam sehari. Saya lebih suka setiap hari membaca buku 30 menit namun
rutin, ketimbang seminggu sekali selama 3,5 jam.
Di bangku sekolah juga senang duduk di barisan depan, agar tidak
ngantuk serta dikenal oleh guru/dosen. Suka bertanya supaya terkesan
aktif. Kita tahu, dosen lebih senang mahasiswa aktif yang senang
bertanya. Membuat ringkasan kuliah adalah cara lain yang praktis,
ketimbang harus membaca buku secara keseluruhan, sehari sebelum ujian.
Rajin mengajarkan ilmu yang dimiliki meski sedikit, adalah cara bijak pula untuk mempertajam pengetahuan kita.
Saya dulu sejak di bangku Sekolah Dasar, kelas lima, suka mengajar
anak-anak, sambil belajar jadi guru. Pada masa awal-awal bekerja,
sayalah yang mengajar Ibu untuk membaca dan menulis sehingga beliau
mampu membaca tulisan-tulisan besar yang ditayangkan pesawat televisi.
Ibu bisa menorehkan tanda tangannya dulu lantaran sumbangsih saya,
sebagai anaknya yang merasa bangga, meski sumbangan ini tidak seberapa
nilainya dibanding kasih sayang beliau kepada saya.
Berbagilah pengetahuan atau ketrampilan yang anda miliki dengan
teman-teman. Jangan genggam sendiri ilmu yang anda peroleh. Semakin
sering berbagi, semakin pintar anda dibuatnya. Makin sering anda
mengajar, makin hafal dibuatnya serta makin tahu akan kekurangan diri
sendiri. Dengan begitu, inovasi diri makin meningkat. Otomatis anda akan
dibuat pintar! Percayalah!
Yang kedua: kaya. Untuk bisa kaya, anda harus pernah mengalami atau
setidaknya pernah merasakan bagaimana rasanya jadi orang miskin. Jika
anda dibesarkan dari keluarga kaya, berbahagia dan syukurilah! Tanpa
pernah merasakan kemiskinan, tidak mungkin anda mampu membedakan kaya
dan miskin.
Masa kecil saya sarat akan derita. Mulai makan nasi basi yang
dikeringkan (Karag), hingga mencari kayu di hutan untuk menanak bubur.
Mencari bayam di sawah milik ortang lain, buruh mijit nenek-nenek
tetangga, serta mengajar anak-anak kecil membaca, menulis dan berhitung.
Saat sekolah menengahpun, saya sering diminta untuk membantu menulis
pelajaran di buku teman-teman. Upahnya, bisa digunakan untuk beli jajan
dan uang saku.
Memasuki usia kerja, saya masih semoat pula upayakan untuk
mempertajam potensi diri dengan memberikan kursus Bahasa Inggris dan
rajin menulis kemudian dikirimkan ke berbagai media massa. Hasilnya,
lumayan bisa dimanfaatkan untuk membantu Ibu dan adik-adik yang masih
sekolah, juga melengkapi berbagai kebutuhan pribadi tidak terkecuali
mesin ketik, kamera, tape recorder, hingga pakaian.
Hingga bekerja di luar negeri sekalipun, kegiatan serupa masih aktif
saya lakukan. Bukan hanya untuk warga indonesia saja, juga warga negara
lain.
Dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini, saya merasa bertambah ‘kaya’. Kaya tidak harus dalam bentuk duit. Kaya bisa dalam artian pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, dan hati.
Dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini, saya merasa bertambah ‘kaya’. Kaya tidak harus dalam bentuk duit. Kaya bisa dalam artian pengalaman, pengetahuan, ketrampilan, dan hati.
Meski saya tidak pungkiri bahwa dengan mengadakan momen-momen seperti
workshop, seminar dan kuliah tamu ini, saya mendapatkan imbalan, namun
bukan itu tujuan utamanya. Kepuasan terhadap kekayaan harta tidak pernah
usai. Manusia tidak pernah puas terhadap perolehan harta bendanya. Saya
butuh harta benda dan kekayaan, namun tidak ingin diperbudak olehnya!
Sebaliknya, saya yang seharusnya mengendalikan harta kekayaan ini.
Untuk bisa memperoleh predikat kaya, anda harus banyak teman. Tapi
hati-hati memilih teman. Karena, tidak jarang ada teman-teman yang
justru akan menjerumuskan kita ke lembah kehancuran, bukan kesuksesan.
Untuk menjadi kaya, kita juga harus harus dan bergaul dengan mereka yang memiliki motivasi hidup yang tinggi.
Untuk menjadi kaya, kita juga harus harus dan bergaul dengan mereka yang memiliki motivasi hidup yang tinggi.
Jika dua hal ini sudah ada dalam genggaman anda (ilmu dan banyaknya
teman/saudara), biasanya rejeki akan ikut di belakang, mengekor. Yang
namanya kekayaan akan datang dengan sendirinya tanpa dicari.
Yang ketiga adalah terkenal.
Yang ketiga adalah terkenal.
Pada zaman sekarang ini, orang yang pintar dan kaya lebih disuaki
dari pada pintar saja namun tidak memiliki harta. Makanya, jika sudajh
memiliki pengetahuan, sekolah tinggi, berpendidikan cukup serta bekerja
mapan, jangan sia-siakan kesempatan untuk melangkah ke jenjang atau
tahapan berikut, yakni: terkenal.
Gabunglah dengan organisasi-organisasi sosial atau profesi, agar anda
dikenal. Ikutlah kegiatan pengajian di kampung. Manfaatkan rapat-rapat
kantor dan berpartisipasi aktiflah dengan melontarkan komen-komen atau
pernyataan serta diskusi. Semakin sering anda berbicara, semakin banyak
mata yang melihat kiprah anda.
Bikinlah kartu nama. Jangan duduk diam seolah sakit gigi, jika duduk
di kendaraan umum dalam perjalanan panjang. Bila perlu, ajaklah orang
lain di sebelah anda untuk berbicara, diskusi tentang topik-topik umum.
Siapa tahu, orang di sebelah anda adalah orang pertama yang mengajak
anda meraih jenjang kesuksesan di masa mendatang.
Ikutlah lomba-lomba sesuai dengan kemampuan anda, menulis, berpidato, bahsa Inggris, ceramah, dll.
Ikutlah lomba-lomba sesuai dengan kemampuan anda, menulis, berpidato, bahsa Inggris, ceramah, dll.
Facebook, jangan digunakan untuk sambilan saja. Tetapi seriuslah,
namun hati-hati, lantaran tidak sedikit orang-orang yang iseng di FB
yang membuat kehidupan sosial dan profesi bisa malah runyam.
Jika duduk dalam sebuah organisasi, sampaikan apa yang bisa anda
sumbangkan di dalamnya, bukan sebaliknya, apa yang organisasi berikan
kepaqda anda. Tunjukkan bahwa anda bisa berbuat sesuatu bagi masyarakat
banyak.
Bila ada waktu, kalau perlu, kunjungi panti asuhan atau
sekolah/universitas. Berbicaralah di depan anak-anak, orang kampung,
forum umum, hingga di depan kelas. Belajar berbicara seperti ini akan
membantu memperkuat rasa percaya diri.
Pada akhirnya, percayalah, anda bisa jadi terkenal, meskipun tidak harus sekelas bintang Hollywood!
Itulah tiga kunci guna meraih kepuasan dalam hidup.
Bila tidak mampu meraih ketiga-tiganya, minimal satu aspek harus anda penuhi, agar bisa dipakai sebagai pegangan hidup. Ini penting, supaya kita, manusia yang diberkahi dengan hati dan fikiran ini bisa memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang dimilikinya!
Bila tidak mampu meraih ketiga-tiganya, minimal satu aspek harus anda penuhi, agar bisa dipakai sebagai pegangan hidup. Ini penting, supaya kita, manusia yang diberkahi dengan hati dan fikiran ini bisa memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang dimilikinya!
Doha, 28 January 2013
hardy.syaifoel@yahoo.com
hardy.syaifoel@yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar